Kamis, 17 Februari 2011

Pilihkan PAUD yang Tepat Untuk Si Kecil

Diposting oleh elda utami di 00.13 0 komentar
KOMPAS.com - Selama 7 tahun di Indonesia, Prof. Sandralyn Byrnes mengamati permasalahan pendidikan anak usia dini di Indonesia. Dari penelitian yang ia lakukan, dan menilai berdasarkan pengetahuannya sebagai profesor dan pengalaman sebagai guru anak-anak usia dini, ia menilai bahwa ada beberapa hal yang mengganjal pada pendidikan anak usia dini di Indonesia.

Selama 7 tahun meriset dan mencari tahu mengenai proses pendidikan anak usia dini di Indonesia, Byrnes menemukan beberapa hal yang mengganjal. "Pada umumnya, kita semua tahu bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah terjadi proses pembentukan pendidikan yang paling penting. Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini. Hasil investasi ini akan dilihat di masa depan, selepas mereka dari sekolah. Kalau Anda salah pilih sekolah untuk anak usia dini, akan ada konsekuensi di masa depan anak," terang Byrnes yang mendapatkan titel Australia's and International of The Year ini.

Lalu, bagaimana cara memilih sekolah untuk anak usia dini yang terbaik? Byrnes menyarankan:
- Cek kurikulumnya. Ketahui apa saja yang akan diajarkan dan bagaimana cara pengajarannya.
- Bicara dengan gurunya. Lihat apakah ada gairah dari para guru untuk mengajar kepada anak-anaknya. Jika mereka hanya melakukan pekerjaan, percuma. Anak tak akan diperhatikan kebutuhannya, karena kebutuhan setiap anak itu berbeda. Tanyakan pula mengenai cara menghadapi anak, ungkap masalah anak Anda, dan perhatikan jawaban si guru. Guru yang  baik seharusnya tahu mengenai cara menghadapi anak-anak dengan berbagai kebutuhan.
- Bicara pula dengan kepala sekolahnya. "Seorang kepala sekolah harus tahu dan paham mengenai pendidikan anak usia dini. Jika Anda tahu orang yang memimpin mengerti tugasnya, Anda akan tenang dan yakin bahwa sekolah si anak berjalan ke arah yang benar," ujar Byrnes.
- Perhatikan pula lokasi belajarnya. Anak-anak masih belum paham benar apa yang aman dan tidak aman baginya. Pastikan lokasinya aman, tidak banyak benda-benda berbahaya bagi anak, serta bersih.
- Kunjungi sekolah di jam belajar. Lihat bagaimana anak-anak berinteraksi dengan sekelilingnya. Apakah ada senyum di sana? Apakah anak-anak di sana terlihat bahagia? "Kalau anak-anak usia dini itu tidak tertawa atau tersenyum, bisa dibilang ada yang tidak beres di sana," ungkap Byrnes. "Menurut saya, anak-anak juga harus bisa mendapat pelajaran di luar kelas. Mereka harus berinteraksi dengan alam untuk melatih motorik mereka," tambahnya.
- Nilai-nilai lain pun sebaiknya diajarkan di usia ini untuk masa depannya, seperti cara bersosialisasi, sikap sopan, dan sifat karakteristik yang baik.
- Perhatikan pula program yang dijalankan. "Seharusnya ada segitiga kerjasama tak terputus antara guru, sekolah, dan orangtua. Ketiganya harus bekerja dengan baik. Harus ada program lain, keterlibatan orangtua-anak di sekolah tak hanya sebatas antar-jemput sekolah."
Satu hal yang dipesankan Byrnes, jangan pernah menyerahkan pemilihan sekolah anak usia dini kepada si anak. "Anak-anak belum mengerti apa yang harus diperhatikan. Saya sering sekali melihat orangtua menanyakan kepada anak, 'Bagaimana sekolahnya? Kamu mau sekolah di mana?' Itu bukan cara yang tepat untuk memilih lembaga pendidikan anak usia dini. Orangtualah yang bertanggung jawab dan bertugas memilih sekolah yang terbaik untuk anak," tutup Byrnes.


sumber: http://female.kompas.com/

Minggu, 30 Januari 2011

Menuai Imajinasi Lewat Dongeng

Diposting oleh elda utami di 19.22 0 komentar
KOMPAS.com - Raras sudah selesai "menunaikan" kewajibannya, yaitu mengerjakan pekerjaan rumah sampai tuntas. Sang ibu, Santi bergegas memberikan hadiah untuk anaknya berupa susu cokelat hangat dan sebuah dongeng sebagai pengantar tidur. Putrinya senang bukan kepalang, momen favoritnya kembali terjadi. Meski dilakukan hampir setiap hari, Raras tak pernah bosan mendengar cerita-cerita ibunya. Begitu juga dengan Santi, baginya tak ada yang lebih berharga selain melihat putrinya dipenuhi gelak tawa.

Ssst, dari kegiatan mendongeng ini, tak jarang ide-ide luar biasa datang dari Raras yang membuat dongeng makin seru untuk dilanjutkan.

Kejadian di atas bisa jadi terjadi di kehidupan Anda. Mendongeng memang terlihat sepele, padahal sungguh banyak efek positif yang bisa didapat dari kegiatan ini. Jadi, jangan segan meluangkan waktu untuk mendongeng. Atau Anda termasuk salah satu orangtua yang tak pernah melewatkan kesempatan ini bersama anak? Yang jelas, mendongeng punya banyak manfaat dan untuk melakukannya tak harus terpaku dengan yang baku.

Banyak Nilai Positif
Mendongeng untuk anak mungkin terlihat sepele, padahal dari kegiatan ini, begitu banyak manfaat yang bisa diraup. Bisa dibilang, mendongeng justru diperlukan oleh anak-anak untuk meraih potensi mereka yang masih terpendam. Menurut Helen Heard (penulis The Educational Benefits of Story Telling), Jacob dan Wilhelm Grimm (salah satu pencerita ulung di dunia), mengaku lewat cerita yang mereka tulis, ada pesan moral yang diselipkan. Anak mengenal nilai-nilai kesopanan, perjuanagn, hingga kepahlawanan dari dongeng yang diceritakan.

Nah, anak yang biasa didongengi akan mengingat kebiasaan ini hingga kelak ia tumbuh besar. Dari sini ia akan lebih bersemangat ketika disodori bahan bacaan dan mempunyai pengetahuan yang lebih luas mengenai kosakata hingga bahasa.

Selain itu, mendongeng dan bercerita juga membangun rasa kebersamaan dengan keluarga dan sekitarnya. Entah itu orangtua, saudara, kakek-nenek, atau siapa pun yang membacakan cerita, pada akhirnya mata anak akan terbuka lebar mengenai warna-warni duniahingga merasakan keterkaitan batin yang luar biasa. Bercerita juga bagus untuk mengajarkan anak secara halus namun efektif jika Anda ingin menanamkan nilai-nilai hingga kebiasaan positif dalam kesehariannya.

Tahukah Anda? Mendongeng sudah dilakukan sejak zaman purbakala untuk meneruskan riwayat keberadaan mereka dari nenek moyangnya hingga sekarang, sekaligus memberikan ilmu mengenai bahasa ibu. Ketika itu, belum ada huruf apalagi kertas, maka mereka biasanya berkumpul kala malam di tengah api unggun dan memulai cerita pada keturunannya yang masih belia.

(Astrid Isnawati/Tabloid Nova)

sumber: http://female.kompas.com/read/

Kapan Minat Baca Anak Bisa Ditumbuhkan?

Diposting oleh elda utami di 19.16 0 komentar
KOMPAS.com - Membaca memiliki begitu banyak keuntungan bagi perkembangan anak. Tak hanya untuk menambah pengetahuan. Membaca bacaan yang baik bisa melatih otak agar tetap aktif, menjadi lebih analitis, serta membangun sikap serta karakter positif seseorang. Apalagi jika kebiasaan si anak untuk membaca tersebut mulai dikembangkan dengan membaca buku bersama orangtuanya (Baca: Banyak Berkutat dengan Elektronik Bikin EQ Anak Buruk?).

Menurut Sani B. Hermawan, Psi, Direktur Lembaga Daya Insani, saat peluncuran buku Juven: Sahabat Sejati di The Cone, FX, Jakarta, beberapa waktu lalu, semakin banyak diajak bercerita, makin banyak manfaat yang digali oleh anak-anak. Beberapa manfaat yang bisa digali oleh anak saat berbagi bercerita adalah:
* Meningkatkan "mental alertness", daya tangkap, kreativitas, dan logika berpikir.
* Meningkatkan wawasan pengetahuan.
* Menanamkan nilai positif, seperti empati, solidaritas, toleransi, dan tolong menolong.
* Membentuk karakter positif.
* Membangun hubungan emosional hangat dengan orangtua (koneksi dengan anak).

Lalu, sejak kapan minat membaca anak bisa ditumbuhkan? Sani mengatakan, "Sejak lahir, anak sudah  bisa diajak membaca. Bangun dialog dengan anak sejak lahir dengan cara diajak berkomunikasi dan dibacakan cerita. Anak-anak yang dibacakan cerita dan diajak berkomunikasi bisa memiliki kemampuan verbal yang lebih tinggi dibanding yang didiamkan saja. Bahkan saat anak masih berada dalam kandungan pun bisa diajak berbicara dan dibacakan cerita," jelas Sani lagi.


sumber: http://female.kompas.com/

Sholat Yuk Nak....

Diposting oleh elda utami di 18.22 0 komentar
Salah satu kewajiban orangtua adalah mendidik anak-anaknya untuk taat pada perintah Allah. Salah satunya dengan mengajarkan sholat, menjelaskan bahwa sholat adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan pendidikan sholat ini dimulai sejak dini. Rosulullah sendiri mengajarkan kepada para orangtua untuk memerintahkan anaknya sholat pada usia 7 tahun, dan memukul mereka jika tidak mau sholat pada usia 10 tahun.
Sering kali orang tua lalai akan kewajiban yang satu ini. Dengan dalih, “kan masih kecil, belum baligh”, sehingga akhirnya anak-anak tumbuh besar dengan kebiasaan tidak sholat. Itu diperparah dengan kebiasaan orangtua sendiri yang sering meninggalkan shalat. Masya Allah…
Berikan teladan. Anak-anak melihat dan meniru bagaimana kebiasaan orangtuanya. Anak laki-laki, biasanya melihat sosok ayahnya sebagai figur idolanya. Anak perempuan melihat ibu sebagai figur idolanya. Jika ayah dan ibu mereka adalah orang yang senantiasa menjalankan perintah agama, maka insya Allah, anak-anak pun akan mudah untuk diarahkan. Karena mereka melihat betapa ringan dan mudahnya orangtua menjalankan kewajiban tersebut.
Ajak sholat bersama. Walaupun ia belum mengerti tentang kewajiban sholat, tak ada salahnya bagi kita untuk mengajaknya sholat bersama kita. Sesekali ia memang bermain-main. Tapi, semakin ia besar, dan kita memberikan pengertian yang dapat diterimanya, maka ia akan memperbaikinya dan sholat dengan cara yang benar.
Belikan perlengkapan sholat. Anak-anak akan semakin bergembira dan senang diajak sholat jika Anda menyediakan perlengkapan sholat khusus untuknya. Jika tak sanggup membeli, dan Anda memiliki kemampuan di bidang jahit-menjahit, membuatkan mukena atau baju koko mini yang sesuai dengan anak Anda akan membuatnya bangga dan senang.
Bawa ke masjid dengan penjagaan. Siapa bilang tidak boleh membawa anak-anak ke masjid? Boleh-boleh saja, namun, dengan penjagaan. Misalnya, Anda membuat perjanjian dengannya agar tidak berisik dan bermain-main pada saat sholat. Ajarkan anak-anak tentang adab-adab di masjid, sehingga ia pun melakukan hal tersebut dengan kesadaran.
Cari sekolah yang mengajarkan anak untuk berlatih sholat sejak dini. Saat anak-anak mulai sekolah, dan untuk menyesuaikan pola pendidikan Anda di rumah yang mengajarkan kedisiplinan untuk sholat, ada baiknya Anda memilihkan sekolah yang juga melatih mereka untuk sholat, terutama sholat berjama’ah. Sering kali kita sudah mendidik anak untuk sholat tepat waktu, tapi ternyata sekolahnya tidak mengajarkan untuk sholat tepat waktu, bahkan tidak ada jam istirahat untuk sholat saat waktunya tiba.

 sumber: http://pondokibu.com/

Menghentikan Kebiasaan Menjambak

Diposting oleh elda utami di 02.08 0 komentar
Jelas menjambak bukan cara tepat berkomunikasi! Cara berikut dapat menghentikan anak menarik rambut orang lain agar tak menjadi kebiasaan:
  1. Gagalkan usahanya.  Satu cara untuk menekan perilaku anak yang tidak baik adalah menunjukkan bahwa usahanya tidak mempan.  Bila Anda abaikan, anak akan menggunakan cara itu karena dia pikir   boleh digunakan. Bila Anda  menuruti keinginan anak karena rambut Anda ditarik, cara ini juga akan terus dia gunakan. Bila Anda memberikan hukuman, misalnya; “Baik. Karena kamu menarik rambut Bunda, Bunda tidak mau bacakan cerita.”  Anak Anda belum biasa memahami situasi ini.  Cara yang cocok untuk situasi ini adalah; “Tidak boleh menarik rambut. Sekarang waktunya mandi, mandi dulu!” 
  2. Tekan perilakunya.  Hukuman tak cocok untuk anak  usia ini. Cara yang cocok adalah  mengatakan dengan tegas, “Tidak boleh menarik rambut. Sakit.” Time out   cocok diberikan pada anak usia di atas 2 tahun. Pegang tangan anak dengan lembut, lepaskan dari rambut Anda. Tatap mata anak, dan jangan diajak bicara lagi selama sepuluh menit. 
  3. Ajak bicara. Setelah masa didiamkan berakhir, ajak anak bicara. Meski kemampuan bicaranya masih terbatas, jelaskan bahwa menjambak bukan cara untuk memecahkan masalah. Katakan, “Menarik rambut itu tidak boleh. Tahu, kenapa?” Mungkin  anak menjawab, “Supaya aku tidak dimarahi.”  Tak masalah. Ini perkembangan moral yang normal pada anak usia ini. Katakan, “Betul. Kalau kamu menarik rambut Bunda atau Mbak, kamu akan dimarahi, karena kamu menyakiti orang.” 
  4. Jangan dibalas  menarik rambutnya supaya ia tahu rasanya. Kalau Anda ingin anak tidak menarik rambut, jangan lakukan terhadap anak. Balas membalas tarik rambut, memberi pesan pada anak, perilaku ini boleh diakukan untuk mengubah perilaku orang lain. Pemikiran bahwa anak harus mengalami rasa sakit karena ditarik rambutnya, tidak akan membuat anak usia ini jera karena kemampuan empati belum berkembang untuk mengaitkan perilakunya dengan balasan fisik (rasa sakit karena rambutnya ditarik) yang dia terima. 
  5. Latih bicara. Anak harus paham bahwa komunikasi verbal adalah cara tepat untuk mengungkapkan keinginan. Kekerasan bukan cara yang baik! Semakin dini Anda berusaha menghentikan perilaku ini, semakin cepat Anda mengubah perilakunya. Bantu anak menerjemahkan keinginannya, misalnya “Setelah main, minum susu dulu atau mandi dulu?”  Mungkin anak akan menjawab “Nggak mandi, nggak cucu.” Maksudnya, “Nggak mau mandi, nggak mau minum susu.” Jangan putus asa, jelaskan bahwa anak harus memilih. Bila ia tidak mau memilih, Anda yang memutuskan.
  6. Jangan emosi, kemudian menjerit. Bisa jadi, anak menunggu reaksi ini. Jeritan atau teriakan bisa menyenangkan si kecil karena usahanya untuk menarik perhatian berhasil. Lebih baik pegang tangan anak, tatap matanya dengan serius sambil berkata, “T i d a k         b o l e h!”
  7. Ajarkan sentuhan positif seperti membantu menggarukkan punggung bunda atau memijat tangan ayah yang pegal-pegal. Tunjukkan bahwa tangan bisa digunakan untuk bermacam aktivitas baik.
  8. Jangan berharap terlalu banyak selama proses pengubahan perilaku ini. Anak usia ini sedang susah payah belajar dengan melakukan sesuatu berulang-ulang dan mungkin juga lupa. Yang penting Anda konsisten dan jangan menyerah.
Alihkan Tangannya!
  1. Menyanyi lagu “Kepala – Pundak – Lutut – Kaki” (Head – Shoulder – Knees and Toes) begitu tangan si kecil mulai ingin menarik rambut Anda. Letakkan tangannya di atas kepalanya kemudian bernyanyilah.
  2. Menari, menggoyangkan tangan di atas kepala, begitu anak menunjukkan gelagat akan menarik rambut Anda atau rambut pengasuhnya
  3. Tepuk tangan, sambil berseru “Hore!” untuk mengalihkan tangannya dari kepala Anda saat ia siap menjambak.
Aktivitas Tangan
  1. Ting..Tung..Tuts Piano. Bunyinya yang nyaring saat ditekan membuat si kecil senang. Ia akan terus menekan tuts piano. Sekalian ajarkan dia menyanyi.
  2. Bermain boneka tangan bentuk manusia atau binatang. Ajak anak menggunakan tangan untuk mendongeng. Selain mengaktifkan tangan, latih  kemampuan bicara anak termasuk mengungkapkan perasaan.
  3. Membentuk play dough. Buat adonan dari tepung dan air. Ajak anak membuat aneka bentuk dari adonan ini. Mungkin ia belum bisa membentuk apapun selain meremas-remas. Bimbing ia membuat bentuk-bentuk sederhana sembari bercerita.
  4. Finger paint. Sediakan kertas kosong yang besar, hamparkan di carport atau halaman berumput dan cat untuk finger paint. Si kecil  suka kegiatan ini karena boleh kotor-kotor. Sediakan peralatan lain seperti sikat gigi bekas atau kuas untuk cat tembok. Jelaskan sebelumnya, ia tak boleh menjilat cat. Atau, saat tangannya penuh cat, ia tak boleh mengusap mata. Aktifkan tangan anak dengan membuat coretan.
sumber: http://www.ayahbunda.co.id/

Strategi Hadapi Balita Aktif

Diposting oleh elda utami di 02.07 0 komentar
Menyejajarkan langkah Anda dengan balita yang berenergi tinggi memang membuat kita orangtuanya kelelahan dan bertendensi menaikkan emosi. Namun mengekang kebebasan geraknya bukanlah jawaban. Temukan cara-cara positif untuk mengarahkan semangat hebatnya itu dan singkirkan apapun yang menyebabkan balita menjadi aktif berlebihan. Simak enam strategi berikut.
  1. Daftarkan ke kursus olahraga karena di usia inilah saat tepat untuk ia berlatih sepakbola atau memulai latihan karate, berenang atau latihan menari. Aktifitas gerak ini akan meningkatkan koordinasi motoriknya dan kemampuan balita untuk fokus dan konsentrasi. Biarkan ia memilih kegiatan yang disuka, namun pastikan les atau kursus itu tidak terlalu tertrukstur ketat-paling tidak 30 menit untuk bermain bebas dan 20 menit untuk menerima intruksi atau pelajaran.
  2. Belikan mainan baru. Anak Anda boleh cinta pada sepeda roda tiganya, namun sepeda itu terlalu kecil untuknya. Siap-siap untuk membelikannya sepeda roda dua dengan dua roda latihan (roda kecil) menempel di roda belakang. Biarkan juga dia bereksperimen dengan hula hoop.lempeng terbang, raket tenis kecil, pemukul kasti dan bola berbagai ukuran. Pertimbangkan pula untuk membelikannya tape atau CD player untuk memutar lagu-lagu favoritnya dan biarkan ia menari menggoyangkan badannya.
  3. Bermain bersamanya. Sempatkan diakhir pekan untuk pergi ke tempat-tempat di mana anak dapat beraktifitas bersama Ayah-Bundanya. baw alayang-layang untuk diterbangkan bersama atau sepeda untuk keliling taman bersama. Di halaman bersama atau sepeda untuk keliling taman bersama. Di halan rumah, bersama balita Anda bisa menyiram tanaman atau tiupkan gelembung sabun untuk dikejarnya. Bila cuaca tak emndukung dan terpaks diam di dalam rumah, adakan games yang membuatnya bergerak tanpa berlebihan.
  4. Matikan televisi. Anda pikir dengan menonton televisi akan membuat gerak aktif balita akan teredam? Justru sebaliknya. Film kartun aksi petualangan atau video games malah akan membuatnya terstimulasi berlebihan, sehingga dia sulit untuk disuruh duduk diam. Asosiasi Pedoatri Amerika (AAP) merekomendasikan maksimal total dua jam per hari anak boleh di depan layar-termasuk TV, video games dan komputer- dan hindari kegiatan itu sebelum tidur.
  5. Awasi makannya. Asupan gula bukan satu-satunya penyebab overaktif, namun beberapa riset menyatakan konsumsi permen, kue atau makanan dan minuman manis saat perut anak kosong menyebabkan ia terangsang untuk bergerak aktif. Penting juga untuk mengurangi konsumsi kafein, minuman kola dan bersoda, es teh manis dan cokelat. Balita sudah memilik energi natural dalam tubuhnya dan tak perlu dapat lebih dari zat kimia.
  6. Beri penghargaan pada perilaku baik. Memberlakukan pada ambang batas kelakuan anak yang bisa ditoleransi penting diterapkan pada usia ini. Bila balita selalu bergerak berlarian di lorong rak supermarket, buat ‘perjanjian’ dengannya: bila ia bisa menemukan barang yang dibutuhkan ibu, ia akan dapat hadiah boleh main perosotan sampai puas di area bermain. Jangan lupa selalu tepati janji Anda!
sumber: http://www.ayahbunda.co.id/

Main Spontan Yuk....

Diposting oleh elda utami di 02.04 0 komentar
Ide bermain datang, bahkan di saat-saat tak diatur. Di depan cermin, saat mandi, selagi makan, bahkan ketika sakit di tempat tidur. Bermain bisa di mana saja, balita pun senang!

Di Depan Cermin kamar mandi.
Ide bermain: “Melukis Kaca” – Buka mulut, embuskan napas beberapa kali hingga embun terkumpul di kaca. Atau, jika mandi pakai air panas, embun otomatis akan terkumpul di kaca. Dengan jari, ajak balita menggambar hati, happy face, atau apa saja di atas embun.
Manfaat: Menggali imajinasi, motorik halus, dan mengenalkan ilmu pengetahuan sederhana.

Mandi.
Ide bermain: “Tarian Handuk”- Taruh handuk ukuran tidak terlalu besar di kepala, bahu atau disampirkan di leher. Atau, putar-putar handuk ke kiri dan ke kanan, lempar ke atas dan tangkap, lilit handuk menyerupai ular, lalu gerakkan tubuh sambil menyanyikan lagu Bangun Tidur atau lagu apa saja yang disukai anak.
Manfaat: Menggali imajinasi, melatih motorik kasar, dan mengasah emosi.

Makan.
Ide bermain: “Air atau Darat?” – Saat menikmati sayuran, minta anak menebak, sayuran berasal dari air atau darat. Lakukan juga saat makan ikan, daging dan sebagainya.
Manfaat: Mengenalkan pengetahuan dan jenis makanan.

Di Tempat Tidur.
Ide bermain: “Laju Perahuku” – Ajak balita di atas guling, minta dia menggerakkan kedua tangan untuk ‘mendayung’ seperti saat berperahu. Goyangkan tubuh ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang berteriak, “Awas ombak besar! Basah, deh!” Bisa juga katakan, “Sssstt, pelan-pelan mendayungnya, di sana ada ikan duyung sedang bermain. Halo ikan duyung, numpang lewat ya…”
Manfaat: Mengasah imajinasi dan motorik halus.

Sedang Sakit Pilek
Ide bermain: “Tisu Lipat Lucu” – Saat dia pilek dengan satu boks tisu di sampingnya, jadikan tisu menjadi bentuk-bentuk lucu. Pastikan kedua tangan bersih sebelum melakukannya. Ajak anak melipat tisu menjadi segi empat, segi panjang, segi tiga, perahu, bola, dan biarkan dia melipat sesuai keinginannya.
Manfaat: Mengasah imajinasi, motorik halus dan mengenal bentuk.

sumber: http://www.ayahbunda.co.id/

Balita Tumbuh Jadi Anak Bahagia

Diposting oleh elda utami di 02.02 0 komentar
Bahagianya balita tumbuh jadi anak bahagia. Senyumnya dapat Anda nikmati setiap saat, ia pun  menjalani hidupnya dengan penuh percaya diri. Namun, puncak bahagia buka pada tepuk tangan, tapi pada saat Anda dan buah hati dapat mengenali perasaan itu.

Bahagiakan diri Anak
  • Anak belajar dari orang tuanya, kerena itu Anda terlebih dulu harus bahagia, mampu mengenal rasa itu dan mengekspresikannya lewat senyum, tertawa atau nyanyian Anda.
  • Hindari obsesi menjadi orang tua yang sempurna. Pada dasarnya anak tidak lahir dengan buku petunjuk yang bisa Anda pelajari dalam semalam. Anda dan pasangan justru belajar tentang balita sebagaimana ia belajar tentang banyak hal dari Anda.
  • Pastikan cadangan energi Anda cukup ketika mengurus balita. Siasati kondisi ini dengan mengonsumsi makanan yang mengandung banyak potasium, seperti pisang, tomat, dan yoghurt tanpa rasa, yang rendah lemak. Fakta kesehatan menyatakan kekurangan potasium membuat seseorang mudah lelah.
  • Jangan hentikan hobi dan kesempatan menikmati me time Anda. Berbagilah peran mengasuh balita dengan pasangan, sehingga Anda masih punya waktu untuk mengurus dan menyanyangi diri sendiri.
Sehat pasti happy
  • Pastikan kebutuhan fisik anak terpenuhi. Cukup tidur, gizi sempurna, dan merasa nyaman adalah hal penting yang membuat anak senang dan tumbuh sehat.
  •  Anak sangat mudah rentan oleh perubahan menu. Waspada jika ia rewel setelah mencoba jenis makanan yang baru diperkenalkan padanya, karena hal itu bukan hanya pertanda ia tidak suka. Tetapi bisa jadi gejala alergi yang perlu diatasi secara tepat.
  • Atur ritem aktivitas pengasuhan atau waktu bermain anak dalam pola yang rutin. Anak lebih mudah mengikuti jadawal yang teratur karena terbiasa, dan hal ini membuatny anyaman.
  • Berikan balita cukup kesempatan untuk menyalurkan energinya, dalam bergerak bebas: merangkak, bermain dengan bola kesayangannya, atau sekedar bergulingan ke sana ke mari.
Senang bersamanya
  • Temani balita bermain sesering mungkin, karena hal yang menyenagkan bagi anak sebenarnya adalah Anda, orang tuanya.
  • Ajak balita bermain kreatif fengan benda-benda di sekitar.
  • Pastikan setiap aktivitas perawatan jadi saat  yang menyengankan bersama anak, misalnya bermain air saat sebelum mandi, ajak anak menata peralatan makan bersama menjelang makan, dan masih banyak lagi.
  • Setiap kali selesai beraktivitas, tanya anak tentang perasaannya. Anda akan menemukan kebahagiaan tak terkira saat ia mengangguk sambil tersenyum lebar, jika ia memang senang!
Realistis sejak dini.
  •  Agar bisa merasa gembira, akan perlu lebih dulu mengenal rasa sedih. Jadi, jangan mencegah anak dari pengalaman-pengalaman sedihnya.
  • Biarkan anak menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri. Buka berarti dia tidak boleh minta tolong, hal yang penting adalah, Anda hanya membantunya menemukan solusi, buka menyelesaikannya. Misalnya, mengambil sendiri mainannya yang jatuh, alih-alih berteriak minta tolong.
  • Sejalan bertambahnya usia, beri tugas rutin sederhana pada anak, seperti mengembalikan mainan pada tempatnya. Anak akan merasa bahagia jika ia terlibat dan berperan dalam aktivitas keluarga.
  • Ajari anak berterima kasih atas kesenangan yang dialaminya, sekecil apapun itu.
sumber: http://www.ayahbunda.co.id/

Sabtu, 29 Januari 2011

WASPADAI BAHAYA MENONTON TV

Diposting oleh elda utami di 20.02 0 komentar

Berdasarkan penelitian, mereka yang keranjingan nonton TV bukan hanya terkesan tak peduli pada orang di sekitar, melainkan juga memasuki kondisi trance atau kerasukan. Selain itu:
* Kemampuan metabolismenya (kecepatan tubuh membakar kalori) menurun drastis dibanding dalam kondisi aktif maupun istirahat. Diduga, inilah yang jadi salah satu penyebab kegemukan. Disamping, kencerungan ngemil selagi nonton atau jadi korban iklan untuk mencicipi makanan yang "salah" semisal junk food.
* Aktivitas fisik, intelektual, dan sosial anak jadi kurang memadai atau bahkan tak ada sama sekali. Bukankah bila sedang asyik nonton, anak ogah membaca buku atau bermain dan berlari-lari dengan temannya, hingga tak memancing anak untuk melatih otot-otot tubuh dan pikirannya?
* Menyaksikan adegan kekerasan akan membentuk tingkah laku agresif; paling tidak melemahkan atau bahkan melumpuhkan kepekaan anak terhadap kekerasan. Bukan mustahil anak akan menganggap aneka bentuk kekerasan sebagai hal biasa dan wajar-wajar saja.
* Menyuburkan rasa takut karena anak masih sulit membedakan kenyataan dan khayalan. Mereka menangkap kengerian dari cerita fantasi yang ditontonnya sebagai kenyataan, hingga akan memperbesar peluang mengalami mimpi buruk.
* Anak mendapat nilai-nilai hidup yang meragukan. Meski banyak acara anak yang berusaha menanamkan nilai-nilai positif seperti toleransi, berbagi, keramahan, kebaikan dan kejujuran, namun tak sedikit pula yang justru "menawarkan" hal-hal negatif semisal kekerasan, kebohongan, atau kemunafikan.
* Banyak orang tua, terutama yang merasa diri super sibuk, berpaling pada "pengasuh" elektronik ini. Saat menghadapi kerewelan dan kebosanan anak, mereka dengan sigap langsung menyalakan TV, hingga kreativitas menghadapi masalah juga tak terlatih. Anak yang diperlakukan demikian akan cenderung menjadi orang yang tak mampu menghadapi gelombang pasang surut kehidupan. Bukannya menghadapi masalah dan mencari jalan keluarnya, tapi melarikan diri dan ambil jalan pintas.
* Anak cenderung jadi pelajar pasif, cepat bosan, dan tak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, ia gagal mengakrabkan diri dengan buku. Padahal, aspek ini berkaitan erat dengan perkembangan intelektualnya.
* Program TV umumnya tak menantang kreativitas anak untuk menciptakan ide-ide baru karena acara itu sendiri sudah tuntas "menyelesaikan" tugasnya dan anak terima jadi. Mengapa tak memanfaatkan TV untuk merangsang perkembangan pengamatan anak, misal, "Apa yang baru dilakukan anak-anak dalam cerita itu, ya?" atau, "Bisakah kita membuat boneka kertas seperti yang mereka buat tadi?"
* Keluarga yang nonton TV sepanjang hari, secara bertahap bisa menjauh dan hanyut terbawa arus karena masing-masing sudah tenggelam dalam dunianya sendiri. Akibatnya, interaksi di antara mereka rendah sekali; sedikit ngobrol, berbagi ide dan perasaan, ataupun bertukar pandangan/nilai-nilai. Lebih baik adakan kegiatan yang dapat mengakrabkan keluarga seperti masak, berkebun, berenang, kegiatan seni, dan jalan-jalan ke taman atau museum. Jikapun ingin nonton bersama, lakukan kegiatan lain semisal permainan atau diskusi tentang apa yang ditayangkan di TV.

sumber: http://www.tabloidnova.com/

Agar Buah Hati Anda Gemar Membaca

Diposting oleh elda utami di 16.44 0 komentar
SELAMA bertahun-tahun, orang tua dan guru sama-sama berjuang agar anak-anak memiliki minat untuk membaca dan mencari tahu apa penyebab mengapa mereka tak menyukai kegiatan itu. Namun, jangan paksakan si kecil supaya menjadi kutu buku. Lebih baik temukan cara yang tepat supaya membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan bahkan bagi anak yang pemalas sekali pun.

1. Berlibur di rumah
Coba berikanlah buku menarik kepada anak, bukan tentang kegiatan atau hal-hal yang bisa mereka temui setiap harinya, melainkan cerita dari zaman atau waktu yang berbeda. Bila anak sudah mulai menemukan cerita yang disukai, mereka pun akan merasa penasaran dan akan terus membaca buku itu.

2. Beri hadiah
Anak terkadang tidak menyadari manfaat dari membaca buku. Maka itu, coba berikan mereka sesuatu sebagi sebuah hadiah. Contohnya membaca selama masa libur, bila mereka bisa membaca beberapa buku selam hari libur, berikanlah mereka hadiah.

3. Jadi pendongeng

Cobalah membacakan buku cerita bergambar seperti komik kepada anak. Bedakan suara setiap karakternya. Jangan buat anak fokus terhadap gambar, tapi buatlah mereka berpikir apa yang kan terjadi selanjutnya dalan sebuah kisah atau cerita.

4. Bikin anak aktif
Setelah Anda membacakan cerita dengan suara Anda, minta anak untuk mengambil salah satu peran dalam cerita. Dengan begitu, anak akan lebih memahami karakter cerita dan motivasi mereka untuk mengetahui cerita tersebut pun lebih besar.

5. Pergi ke toko buku
Sekali-kali, ajaklah anak ke toko buku agar mereka dapat memilih sendiri buku apa yang ingin mereka baca. (Pri/OL-06)

sumber: http://ibudanbalita.com/

Bukan Sahabat Anak

Diposting oleh elda utami di 07.50 0 komentar
Saat ini, televisi adalah pusat dari kehidupan anak-anak karena sering berperan sebagai tutor, babysitter, guru, dan penghibur yang bergabung menjadi satu. Semuanya bergantung pada televisi. Dampak buruknya anak kadang meniru apa yang dilihatnya di TV seperti sinteron, adegan kekerasan, berita kriminal.

Apakah televisi akan terus menguasai anak-anak tanpa ada yang bisa dilakukan? Tidak, kebiasaan tersebut bisa diubah. Apa yang harus dilakukan oleh orang tua? Ikuti tips berikut dan lakukan perubahan:
  1. Mulailah dari sekarang. Banyak anak yang mempunyai kebiasaan menonton televisi sejak usia 2 tahun. Kebiasaan ini sangat berbahaya, namun bisa diubah dengan membuat kebiasaan lain yang lebih menarik. Lakukanlah sewaktu-waktu setiap beberapa hari.
  2. Letakkan televisi diruang yang jarang digunakan. Dengan televisi yang diletakkan jauh dari ruang keluarga, ruang tamu, ataupun ruangan yang paling sering digunakan, akan membuat anak-anak lebih sedikit menonton televisi dan lebih banyak melakukan hal yang lain bersama keluarga.
  3. Buatlah rencana satu malam tanpa televisi, sehingga keluarga bisa berkumpul bersama dan saling bercerita tentang kehidupan masing-masing.
  4. Jangan jadikan televisi sebagai babysitter, anak yang ditinggal sendiri di depan televisi akan memberikan efek yang tidak baik, karena televisi tidak akan bisa membalas teriakan anak-anak atau bisa saja anak-anak menonton acara dewasa.
  5. Buatlah rencana untuk menentukan apa yang akan keluarga tonton setiap malam, jadi orang tua juga bisa menyeleksi tontonan anak-anaknya.
  6. Carilah acara yang memang dibuat untuk anak-anak yang sesuai dengan umur, minat dan waktunya.
  7. Tontonlah bersama-sama sehingga orang tua juga bisa mengevaluasi tontonan anak-anak.
  8. Bantu anak-anak untuk menentukan mana yang nyata dan mana yang hanya rekayasa semata dan hindarkan segala adegan kekerasan.
  9. Temukan hiburan lain selain televisi. Jadikan buku bermutu sebagai hiburan utama bagi anda dan buah hati. 
 sumber: http://health.detik.com/
 

rumahku sekolahku... Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez